background img

CARA TEKNIS

Kayu Manis (Cinnamomum verum, sin. C. zeylanicum) ialah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Orang biasa menggunakan rempah-rempah dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kayu manis juga secara tradisional dijadikan sebagai suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung, dan perut kembung.

Beberapa spesies kayu manis yang dijual di pasaran di antaranya:
·      Cinnamomum verum'(True cinnamon, Sri Lanka cinnamon atau Ceylon cinnamon).
·      C. burmannii (korintje, kasiavera, atau Indonesian cinnamon).
·      C. loureiroi (Saigon cinnamon atau Vietnamese cinnamon).
·      C. aromaticum (Cassia atau Chinese cinnamon).

Kulit manis Ceylon sering kali hanya menggunakan kulit bagian dalam yang lebih tipis, lebih memiliki kesegaran, kurang padat, lebih beraroma, dan lebih lembut dalam rasa daripada kasiavera. Kasiavera memiliki rasa yang lebih kuat (sering lebih pedas) daripada kulit manis Sri Lanka dan umumnya berwarna merah kecoklatan sedang hingga ringan, keras dan bertekstur kayu, serta lebih tebal (2–3 mm (0,079–0,12 inci) dan menggunakan seluruh lapisan kulitnya.


PERSIAPAN LAHAN

Lahan untuk penanaman kayu manis harus bersih dari semak dan gulma. Sisa perakaran dibersihkan dari lahan, selanjutnya lahan dicangkul sebanyak dua kali agar tekstur tanah gembur. Kedalaman pencangkulan minimal 20 cm. Semakin dalam pencangkulan, maka pertumbuhan tanaman akan semakin baik terutama di lokasi pembuatan lubang tanam, setelah dicangkul, tanah diratakan kembali. Untuk sistem penanaman monokultur, jarak tanam bisa agak rapat, sedang untuk penanaman sistem tumpangsari jarak tanam diperlebar (3 m x 3 m atau 4 m x 4 m).

Pada  lahan yang miring, setelah dibersihkan dari semak belukar dan gulma dan dicangkuli, tanah diratakan dengan cara dibuat kontur atau teras untuk mencegah erosi. Teras dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu dengan lebar sekitar 1,5  -  2 meter. Setelah ditentukan jarak tanamnya, selanjutnya lahan diberi ajir sebagai tanda letak lubang tanaman. Lubang tanam yang ideal untuk kayu manis berukuran 50cm x 50cm x 50cm atau 40cm x 40cm x 40cm. 

Tanah galian sebaiknya dipisahkan antara bagian atas dan bagian bawah, batu atau sisa akar yang masih berada pada tanah galian dibersihkan. Selanjutnya lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1-2 bulan. Setelah didiamkan 1-2 bulan, lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian. Namun sebelum dimasukkan, tanah galian bagian bawah dicampur dulu dengan pupuk kandang sebanyak 20-30 kg/lubang. Masukkan terlebih dahulu tanah galian bagian bawah, lalu disusul dengan tanah bagian atas. Penutupan lubang ini dilakukan menjelang musim hujan.


PENYIAPAN BIBIT KAYU MANIS

Bibit kayu manis dapat berasal dari; 1) bibit asal biji, yang akan ditanam sebaiknya sudah berumur 8-12 bulan di pesemaian, kemudian dicabut perlahan dengan menyertakan tanah pada perakaran bibit; 2) bibit asal tunas yaitu tunas yang sudah ditebang dapat ditanam di kebun setelah ditumbuhi
akar. Selain berakar tunas ini tingginya harus sudah mencapai 50-60 cm (jika terlalu tinggi tunas tidak tahan dengan hembusan angin).

Setelah dipisahkan dari batang pokoknya, tunas harus diberi perlakuan agar tidak mati atau kering sebelum ditanam, yaitu dengan membungkus bagian perakaran tunas dengan tanah. Bibit dari tunas harus sehat, daunnya dalam keadaan tua dan umurnya minimal 6 bulan; dan 3) bibit asal stek, harus
sehat, memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki tinggi sekitar 50-60 cm.


PEMBIBITAN KAYU MANIS

Benih dapat disemaikan di lapangan maupun di polibag. Lokasi pembibitan sebaiknya dekat jalan, dekat sumber air, dekat daerah penanaman, dan tanahnya relatif subur. Bila benih disemaikan dilapangan, tanah dipacul dua kali sedalam 20-30 cm, digaru, dihaluskan, seradibersihkan dari sisa tanaman yang ada. Kemudian dicampur pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2 kaleng minyak  tanah/m2, dan dibuat bedeng memanjang ke arah utara-selatan dengan ukuran lebar 1-1,20 m dan panjang sesuai kondisi lapangan.

Setiap bedengan dibatasi parit drainase sekaligus berfungsi sebagai jalan untuk memudahkan pekerjaan menanam, menyiram, dan memindahkan bibit. Lebar selokan 30 cm dengan kedalaman 20 cm. Bagian atas persemaian dilapisi pasir setebal 5 cm. Setelah itu biji dengan jarak tanam 5 cm,
penyiraman dilakukan secara rutin.

Setelah benih berkecambah pada 1-2 minggu, tanaman diberi naungan untuk mencegah kematian bibit akibat sengatan sinar matahari langsung. Setelah mempunyai 3 pasang daun tanaman dapat dipindahkan ke polibag berukuran 20 cm x 30 cm (bibit berumur 3 bulan). Media polibag dapat berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2. Polibag ditempatkan di bawah naungan dan disiram setiap hari. 

Setelah bibit berumur 8-12 bulan dengan tinggi 60-80 cm, bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan. Bila benih langsung disemai di polibag, gunakan polibag berdiameter 10 cm dan tinggi 15 cm, media yang digunakan sama. Kemudian setiap polibag ditanami satu benih dan disiram. Benih akan berkecambah dalam 1-2 minggu. Bibit di polibag tetap disiram setiap hari sampai siap dipindah ke lapangan pada umur 8-12 bulan.

PENANAMAN KAYU MANIS

Ada dua sistem penanaman kayu manis yang dapat dilakukan adalah: 
1.    Sistem monokultur yaitu sistem pertanaman dimana lahan hanya ditanami satu jenis tanaman saja, dengan menggunakan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m (jumlah tanaman 4.400 pohon/ ha); dan 
2.    Sistem tumpang sari, yaitu sistem pertanaman dimana lahan pertanaman ditanamani lebih dari satu macam tanaman. Jenis tanaman yang umumnya digunakan antara lain palawija, sayur, buah, kopi dan cengkih. Untuk penanaman sistem tumpang sari, jarak tanam lebih lebar yaitu 2 m x 2 m; 2,5 m x 2,5 m; 3 m x 3 m; 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Bila menggunakan tanaman palawija, sayur atau buah semusim, jarak tanam yang dipergunakan lebih rapat bila dibanding dengan tanaman buah, tahunan atau tanaman perkebunan lainnya.

WAKTU TANAM KAYU MANIS

Waktu yang tepat untuk penanaman adalah pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan karena kayu manis pada saat beberapa bulan setelah tanam memerlukan naungan dan air yang cukup.

Cara Tanam Kayu Manis

Setelah dibuat lubang, bibit dapat diletakkan dibagian tengah, lalu ditimbun tanah. Timbunan tanah harus padat agar kuat menahan terpaan angin dan hujan. Selain tanah dipadatkan, bibit juga diberi ajir. Untuk bibit yang berasal dari tunas, penanamannya agak  miring. Jumlah daun sebaiknya dikurangi untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan dapat tumbuh tunas-tunas baru.


PEMELIHARAAN KAYU MANIS

1.  Penyulaman Kayu Manis

Setelah bibit kayu manis ditanam, tidak semua akan tumbuh baik. Bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati harus segera diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan setelah tanaman ditanam sekitar tiga bulan, namun waktu paling tepat untuk penyulaman adalah saat musim hujan.

2.  Pemupukan Kayu Manis

Seperti tanaman lain, untuk pertumbuhan kayu manis membutuhkan unsur hara tanaman. Selain langsung dari tanah, unsur hara dapat dipenuhi melalui pemupukan. Jenis pupuk yang dianjurkan antara lain pupuk tunggal seperti Urea, TSP dan KCl atau pupuk majemuk seperti NPK. Bila menggunakan pupuk tunggal, pupuk tersebut dicampur merata dahulu sebelum diberikan dengan perbandingan Urea : TSP : KCl sebesar 2 : 1 : 1. 

Pemberian pupuk tanaman kayu manis sebaiknya pada umur 3-4 bulan setelah tanam dengan frekuensi dua kali setahun yaitu pada saat awal dan akhir musim hujan agar pupuk dapat cepat larut dalam tanah sehingga dapat segera diserap oleh akar tanaman. Bila menggunakan campuran pupuk
tunggal, dosis pada pemupukan awal (umur 3-4 bulan) sebanyak 150gr/pohon. 

Semakin bertambah umur tanaman, dosis pupuk semakin ditingkatkan yaitu untuk tanaman berumur tiga tahun pupuk yang diperlukan sebanyak 1 kg/pohon. Untuk pupuk majemuk NPK, dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan NPK awal dimulai sejak tanaman berumur enam minggu setelah ditanam, selanjutnya pada umur satu tahun pemupukan dilakukan dua kali, dan pada umur selanjutnya pemupukan dilakukan sekali tahun.

Dosis pemupukan dengan pupuk majemuk NPK adalah sebagai berikut:
umur 1,5 bulan sebanyak 20 g/pohon, umur 6 bulan sebanyak 50 g/pohon, umur 1 tahun sebanyak 125 g/pohon, umur 2 tahun sebanyak 250 g/pohon, umur 3 tahun sebanyak 500 g/pohon, umur 4 tahun sebanyak 750 g/pohon, umur 5 tahun sebanyak 1 kg/pohon dan diata 5 tahun sebanyak 1,5-2,5 kg/pohon.

Cara pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dibenamkan dalam lubang tugalan atau pada alur di sekeliling tanaman. Namun sebelum dilakukan pemupukan, gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dibersihkan terlebih dahulu, selanjutnya tanah  digemburkan terlebih dahulu sebelum dipupuk agar penyerapan pupuk lebih cepat.

3.  Penyiangan GulMA Tanaman Kayu Manis

Penyiangan gulma sangat diperlukan agar pertumbuhan kayu manis tidak bersaing dengan gulma tanaman. Setiap bulan gulma di bersihkan dengan menggunakan cangkul, setelah tanaman berumur 2-4 tahun, penyiangan cukup dilakukan tiga bulan sekali, setelah lebih dari 4 tahun tanaman disiangi tiap 4-6 bulan sekali sesuai pertumbuhan tanaman yang melambat sesuai dengan makin tua umur tanaman tajuk tanaman sudah saling menutupi sehingga menghambat pertumbuhan gulma yang memerlukan sinar matahari. Bersamaan dengan penyiangan tanaman, dilakukan pula penggemburan dan pembubunan. 

Penggemburan tanah dibutuhkan agar penyerapan unsur hara oleh akar meningkat, penggemburan tanah dilakukan sebelum pemupukan agar unsur hara dapat terserap tanaman dengan baik, Sedang pembubunan dilakukan agar bagian perakaran tanaman yang terbuka dapat tertutup kembali sehingga terhindar dari penularan penyakit lewat akar dan penyerapan unsur hara oleh akar menjadi optimal. Pembumbunan dilakukan setelah penggemburan tanah.

4.  Penjarangan Tanaman Kayu Manis

Penjarangan merupakan salah satu bagian kegiatan pemeliharaan dan pemanenan, hal ini dimaksudkan tanaman yang dijarangkan merupakan hasil panen sebelum panen total dengan penebangan seluruh tanaman. Bila jarak penanaman rapat, maka harus dilakukan penjarangan agar sinar matahari dapat diserap tanaman secara baik. Bila hal ini tidak dilakukan, dengan tanaman yang rapat, maka sinar matahari tidak masuk sampai ke bagian dalam tajuk tanaman yang menyebabkan kelembaban akan terjadi disekitar tajuk tanaman yang menyebabkan mudahnya tanaman terserang penyakit dan pertumbuhan tanaman terhambat dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan menurunnya kualitas kulit kayu manis. 

Tujuan lain dari penjarangan adalah agar tanaman tumbuh lurus, menghambat pertumbuhan cabang, dan menghinadari terjadinya erosi. Dengan sistim penjarangan yang baik, maka tanah akan tetap terlindung sehingga konservasi tanah dan air tetap terjamin. Penjarangan sebaiknya dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 6 tahun dan 10 tahun. Dari hasil penjarangan pertama dan kedua akan mengasilkan tunas baru, tunas-tunas tersebut dapat dipertahankan dan dirawat untuk dijadikan bibit, namun tidak semua tunas dijadikan bibit, hanya sekitar 4-7 tunas saja yang baik dan berakar baik. 

Teknik penjarangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
tanaman ditebang dengan parang atau gergaji pada ketinggian 25-30 cm  dari permukaan tanah, selanjutnya tunggul ditimbun tanah hingga sekitar 10-15 cm agar nantinya tumbuh tunas-tunas baru yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bibit tanaman.


PANEN KAYU MANIS

Panen merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan budidaya Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum). Mengingat produk kayu manis sangat spesifik yaitu berupa kulit kayu, tentunya dalam melakukan panen kulit kayu manis memerlukan penanganan yang spesifik pula diantaranya dengan cara menebang pohonnya atau mengelupas kulit kayunya. Sampai saat ini kayu manis merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dibutuhkan banyak negara sebagai bahan penyedap makanan dan minuman, untuk industri farmasi dan kosmetika yang mutunya sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya umur panen, waktu panen, sistem panen, teknik pemanenan dan pengelupasan kulit.

a.  Umur Panen Tanaman Kayu Manis

Umur panen sangat mempengaruhi produksi kulit kayu manis. Semakin tua umur tanaman maka hasil kulit kayunya akan lebih tebal sehingga produksinyapun akan lebih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas kulit kayu manis yang ditinjau dari bentuk stick, umur ideal untuk dipanen adalah 6-12 tahun. Hal ini disebabkan kulit tanaman belum begitu tebal sehingga kulit kayu dapat menggulung dengan baik. Jika ditinjau dari kandungan minyak asiri, makin tua umur tanaman maka kandungan minyak asirinya makin tinggi pula yang dicontohkan dengan tanaman kayu manis usia 20 tahun kandungan minyak asirinya mencapai 3,5 - 4,5 % sebesar.

b.  Waktu Panen Tanaman Kayu Manis

Saat panen kayu manis terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru. Jika tanaman sudah mempunyai tanda-tanda tersebut biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas dan segera dapat dipanen. Mengingat kulit yang diperdagangkan dalam bentuk kulit kering, maka waktu terbaik untuk memanen atau menguliti tanaman kayu manis adalah saat menjelang musim hujan agar setelah panen, kulit kayu dapat langsung dijemur.

c.  Sistem Panen Kayu Manis

Sistem panen sangat menentukan mutu kayu manis yang dihasilkan, bila dalam panen kurang benar maka mutu kayu manis akan turun. Ada tiga sistem panen yang dapat dilakukan yaitu: sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk dan sistem batang dipukuli sebelum ditebang. Sistem tebang sekaligus, sistem ini sangat umum dilakukan oleh petani kayu manis, caranya dengan memotong langsung tanaman hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti.  

Sistem situmbuk, disebut situmbuk karena cara ini dikembangkan oleh petani di daerah Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini, dua bulan sebelum tanaman ditebang kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai dari ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100 cm. Selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. 

Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang selanjutnya dapat dijadikan bibit. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang, Sistem ini dikembangkan petani di daerah Sungayang, Kabupaten tanah Datar Sumatera Barat, dimana cara memanen kayu manis dilakukan dengan memukuli kulit batang secara melingkar. Dengan cara ini diharapkan kulit yang akan diperoleh lebih tebal. 

Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekas pukulan terjadi keretakan pada kulit, selanjuatanya dari retakan kulit tersebut akan tumbuh kalus baru sehingga kulit kayu tampak ada pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliiti dengan menggunakan pemukul dari kayu.

d.  Cara Panen

Panen kulit kayu manis dapat dilakukan sejak tanaman berumur muda, yang bertujuan untuk penjarangan. Penjarangan dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor antara lain kesuburan lahan, perkembangan musim, letak kebun diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak kebun, maka akan semakin lambat pertumbuhannya. Panen penjarangan, panen ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 tahun, dengan tujuan untuk penjarangan tanaman, karena jarak tanaman sudah terlalu rapat, agar tanaman tumbuh lurus dan pertumbuhan cabang terhambat, serta untuk membuang tanaman yang sakit dan tanaman yang pertumbuhannya terlambat. Pada pertanaman kayu manis biasanya dilakukan dua kali penjarangan, namun jika penjarangan sudah dimulai sejak umur 2-3 tahun maka frekuensi penjarangan bisa tiga kali sebelum penebangan total. Interval penjarangan yang baik adalah 3-5 tahun. 

Cara penjarangan dilakukan hanya dalam baris tanaman dan tanaman yang ditebang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah atau leher akar. Hal ini dilakukan agar pangkal batang yang tidak ditebang akan bisa menumbuhkan tunas-tunas baru. Panen total, yaitu tanaman yang ada dikebun seluruhnya ditebang, termasuk tunas yang dibairkan tumbuh dari pangkal batang bekas penjarangan pertama dan kedua. Panen total biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 tahun, Cara panen seperti pada penjarangan yaitu ditebang pada ketinggian 5-10 cm.

e. Pengelupasan Kulit Kayu

Pengelupasan kulit kayu manis, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengulitan sebelum tanaman ditebang dan pengulitan setelah ditebang. Pengulitan sebelum ditebang, cara ini pengelupasan sebelum ditebang dianggap lebih praktis jika dibanding setelah ditebang. Kebersihan
kulit akan tetap terjamin karena batang tanaman belum menyentuh tanah jadi belum kotor. Untuk meperoleh kulit kayu bermutu baik (bagian luarnya tampak bersih), sebaiknya sebelum pengulitan, kulit yang masih melekat pada tanaman dibersihkan dari lumut/kotoran dengan cara dikerok, sehingga kulit tampak hijau kekuningan dan permukaan luarnya licin. 

Setelah dibersihkan, kulit dikerat melingkari batang pada ketinggian 5-10 cm diatas leher akar dan pada ketinggian 100 cm dari keratan pertama. Selanjutnya pada kulit diantara batas keratan bawah dan atas ditoreh tegak lurus dalam bentuk garis-garis dengan jarak  sekitar 5-10 cm, lalu dengan
menggunakan pisau pengungkit, kulit dicungkil dari lingkaran atas dan ditarik ke bawah. Sehingga diperoleh kulit selebar 5-10 cm dan panjang 100 cm. Pengulitan setelah ditebang, pengulitan setelah tanaman ditebang banyak dilakukan petani di Indonesia. Caranya setelah ditebang batang kayu dipukul-pukul untuk memudahkan pengelupasan. Kulit kayu yang dihasilkan dengan cara ini, berkualitas rendah (kualitas C) bahkan setelah dijemur berwarna hitam

f.  Pasca Panen Kayu Manis

Pengolahan merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan pasca panen kayu manis (Cinnamomum zeylanicum). Pengolahan bertujuan untuk mendapatkan produk kayu manis yang siap diperdagangkan. Kegiatan pengolahan sangat penting sebagai lanjutan setelah kulit kayu manis dipanen dan selanjutnya diproses agar menjadi produk siap jual. Untuk menghasilkan produk siap jual, maka pengolahan harus dilakukan dengan baik agar memperoleh produk bermutu baik karena akan berpengaruh pada tingkat harga jual.  Kulit kayu manis  yang kurang bersih dan penjemuran yang kurang berhasil yang menyebabkan kulit kayu manis berjamur, hal akan berdampak pada kualitas produk yang rendah dan harganyapun juga rendah. Sebagai produk perdagangan, ada beberapa bentuk produk kayu manis antara lain berupa kulit kayu, minyak asiri, oleoresin dan bubuk kayu manis.

KULIT KAYU MANIS

Produk kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis. Produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Sampai saat ini kulit kayu manis merupakan komoditas ekspor  penghasil devisa yang dapat diandalkan bersaing dengan India, Srilanka, Vietnam dan RRC. Untuk memenuhi mutu internasional, pengusaha mengolah kembali (upgrading) kulit kayu manis yang dihasilkan oleh produsen melalui perlakukan sebagai berikut: 
1.    pencucian  dan pembersihan, kegiatan ini dilakukan dengan cara merendam kulit kayu dalam air selama 12 jam agar kulit yang sudah kering menjadi lemas sehingga gulungannya terbuka. Selanjutnya kulit yang sudah terbuka tersebut digosok dengan kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit;
2.    pengeringan, setelah dibersihkan, kulit dijemur selama 3-4 hari sehingga lembaran kulit menjadi kering dan kembali menggulung; 
3.    penyortiran awal, kulit yang sudah kering disortir kebersihan dan kadar airnya. 
4.    Kulit yang masih kotor dibersihkan kembali. Penyortiran juga dilakukan untuk memisahkan asal kulit yaitu kulit yang berasal dari batang akan menghasilkan mutu A, dari cabang menghasilkan mutu B dari ranting menghasilkan mutu C;
5.    pemotongan, setelah diikat kulit kayu manis dicelupkan beberapa saat dalam air dan dipotong dengan gergaji menurut ukuran yang dikehendaki pasar biasanya antara 5  - 7,5 cm. Tujuan pencelupan ini hanya untuk mengurangi pecahan kulit saat dipotong;
6.    penyortiran akhir, setelah dipotong hasil potongan kembali disorttasi. Sortasi disini hanya untuk mendapatkan panjang potongan yang seragam; 
7.    pengepakan, setelah disortasi sesuai keseragaman dan ukuran, selanjutnya kayu manis dikemas dalam peti. Sedangkan pecahan dan debu kayu manis hasil dari penggergajian dikemas dalam karung, yangdidalam perdagangan produk pecahan disebut kelas broken dan debunya disebut dust; 
8.    penyimpanan, dilakukan ditempat yang memenuhi syarat sehingga tidak terkontaminasi oleh kotoran, serangga dan tikus.

MINYAK ASIRI

Minyak asiri kayu manis merupakan produk samping dari tanaman kayu manis. Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas. Minyak asiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Minyak asiri kayu manis banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri makanan, minuman maupun farmasi.


OLEORESIN

Oleoresin kayu manis sudah mulai digunakan sejak awal abad 19. Kandungan oleoresin menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit atau bubuknya. Keuntungan dari oleoresin dibanding produk aslinya adalah, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, volume ekspor berkurang, nilai bisa tetap atau lebih tinggi karena tidak membutuhkan banyak ruang, kemasannya kecil, sisa hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk serta tidak akan rusak karena kontaminasi. 

Cara mendapatkan oleoresin kayu manis dapat dilakukan melalui ekstraksi.
Tahapan ekstraksi kayu manis sehingga mendapatkan oleoresin sebagai berikut: 
·      baku kayu manis yang dipergunakan sebagai bahan baku dihancurkan untuk memudahkan bahan pelarut masuk kedalam tahap ekstraksi berikutnya; 
·      bahan baku yang telah dihancurkan dimasukkan kedalam ruang ekstraksi untuk menghindarkan menguapan minyak asiri, seluruh bahan baku harus terendam dalam bahan pelarut; 
·      alirkan hasil ekstraksi yang merupakan bahan pelarut dan oleoresin ke dalam ruang pemisah dari kedua bahan tersebut. Pemisahan dilakukan dalam ruang vakum (hampa udara); 
·      masukkan oelooresin yang sudah terpisah dari bahan pelarut ke dalam botol atau kemasan lain pada saat keadaannya masih panas dan cair.


BUBUK KAYU MANIS

Bubuk kayu manis mempunyai sifat yang sama dengan kulit kayu manis karena merupakan produk lanjutan dari kulit kayu manis. Bubuk ini mengandung minyak asiri, berasa pedas dan mengandung bahan mineral dan kimia organik seperti protein, karbohidrat dan lemak. Untuk mendapatkan bubuk kayu manis dapat dilakukan dengan cara menggiling kulit kayu manis kering. Selain melalui penggilingan, bubuk kayu manis dapat diperoleh dari debu hasil penggergajian kulit kayu manis. Bubuk kayu manis ini biasanya dikemas dalam karung.


CARA TEKNIS PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA TANAMAN KAYU MANIS

Kayu Manis (Cinnamomum verum, sin. C. zeylanicum) ialah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Orang biasa menggunakan rempah-rempah dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kayu manis juga secara tradisional dijadikan sebagai suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung, dan perut kembung.

Beberapa spesies kayu manis yang dijual di pasaran di antaranya:
·      Cinnamomum verum'(True cinnamon, Sri Lanka cinnamon atau Ceylon cinnamon).
·      C. burmannii (korintje, kasiavera, atau Indonesian cinnamon).
·      C. loureiroi (Saigon cinnamon atau Vietnamese cinnamon).
·      C. aromaticum (Cassia atau Chinese cinnamon).

Kulit manis Ceylon sering kali hanya menggunakan kulit bagian dalam yang lebih tipis, lebih memiliki kesegaran, kurang padat, lebih beraroma, dan lebih lembut dalam rasa daripada kasiavera. Kasiavera memiliki rasa yang lebih kuat (sering lebih pedas) daripada kulit manis Sri Lanka dan umumnya berwarna merah kecoklatan sedang hingga ringan, keras dan bertekstur kayu, serta lebih tebal (2–3 mm (0,079–0,12 inci) dan menggunakan seluruh lapisan kulitnya.


PERSIAPAN LAHAN

Lahan untuk penanaman kayu manis harus bersih dari semak dan gulma. Sisa perakaran dibersihkan dari lahan, selanjutnya lahan dicangkul sebanyak dua kali agar tekstur tanah gembur. Kedalaman pencangkulan minimal 20 cm. Semakin dalam pencangkulan, maka pertumbuhan tanaman akan semakin baik terutama di lokasi pembuatan lubang tanam, setelah dicangkul, tanah diratakan kembali. Untuk sistem penanaman monokultur, jarak tanam bisa agak rapat, sedang untuk penanaman sistem tumpangsari jarak tanam diperlebar (3 m x 3 m atau 4 m x 4 m).

Pada  lahan yang miring, setelah dibersihkan dari semak belukar dan gulma dan dicangkuli, tanah diratakan dengan cara dibuat kontur atau teras untuk mencegah erosi. Teras dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu dengan lebar sekitar 1,5  -  2 meter. Setelah ditentukan jarak tanamnya, selanjutnya lahan diberi ajir sebagai tanda letak lubang tanaman. Lubang tanam yang ideal untuk kayu manis berukuran 50cm x 50cm x 50cm atau 40cm x 40cm x 40cm. 

Tanah galian sebaiknya dipisahkan antara bagian atas dan bagian bawah, batu atau sisa akar yang masih berada pada tanah galian dibersihkan. Selanjutnya lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1-2 bulan. Setelah didiamkan 1-2 bulan, lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian. Namun sebelum dimasukkan, tanah galian bagian bawah dicampur dulu dengan pupuk kandang sebanyak 20-30 kg/lubang. Masukkan terlebih dahulu tanah galian bagian bawah, lalu disusul dengan tanah bagian atas. Penutupan lubang ini dilakukan menjelang musim hujan.


PENYIAPAN BIBIT KAYU MANIS

Bibit kayu manis dapat berasal dari; 1) bibit asal biji, yang akan ditanam sebaiknya sudah berumur 8-12 bulan di pesemaian, kemudian dicabut perlahan dengan menyertakan tanah pada perakaran bibit; 2) bibit asal tunas yaitu tunas yang sudah ditebang dapat ditanam di kebun setelah ditumbuhi
akar. Selain berakar tunas ini tingginya harus sudah mencapai 50-60 cm (jika terlalu tinggi tunas tidak tahan dengan hembusan angin).

Setelah dipisahkan dari batang pokoknya, tunas harus diberi perlakuan agar tidak mati atau kering sebelum ditanam, yaitu dengan membungkus bagian perakaran tunas dengan tanah. Bibit dari tunas harus sehat, daunnya dalam keadaan tua dan umurnya minimal 6 bulan; dan 3) bibit asal stek, harus
sehat, memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki tinggi sekitar 50-60 cm.


PEMBIBITAN KAYU MANIS

Benih dapat disemaikan di lapangan maupun di polibag. Lokasi pembibitan sebaiknya dekat jalan, dekat sumber air, dekat daerah penanaman, dan tanahnya relatif subur. Bila benih disemaikan dilapangan, tanah dipacul dua kali sedalam 20-30 cm, digaru, dihaluskan, seradibersihkan dari sisa tanaman yang ada. Kemudian dicampur pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2 kaleng minyak  tanah/m2, dan dibuat bedeng memanjang ke arah utara-selatan dengan ukuran lebar 1-1,20 m dan panjang sesuai kondisi lapangan.

Setiap bedengan dibatasi parit drainase sekaligus berfungsi sebagai jalan untuk memudahkan pekerjaan menanam, menyiram, dan memindahkan bibit. Lebar selokan 30 cm dengan kedalaman 20 cm. Bagian atas persemaian dilapisi pasir setebal 5 cm. Setelah itu biji dengan jarak tanam 5 cm,
penyiraman dilakukan secara rutin.

Setelah benih berkecambah pada 1-2 minggu, tanaman diberi naungan untuk mencegah kematian bibit akibat sengatan sinar matahari langsung. Setelah mempunyai 3 pasang daun tanaman dapat dipindahkan ke polibag berukuran 20 cm x 30 cm (bibit berumur 3 bulan). Media polibag dapat berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2. Polibag ditempatkan di bawah naungan dan disiram setiap hari. 

Setelah bibit berumur 8-12 bulan dengan tinggi 60-80 cm, bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan. Bila benih langsung disemai di polibag, gunakan polibag berdiameter 10 cm dan tinggi 15 cm, media yang digunakan sama. Kemudian setiap polibag ditanami satu benih dan disiram. Benih akan berkecambah dalam 1-2 minggu. Bibit di polibag tetap disiram setiap hari sampai siap dipindah ke lapangan pada umur 8-12 bulan.

PENANAMAN KAYU MANIS

Ada dua sistem penanaman kayu manis yang dapat dilakukan adalah: 
1.    Sistem monokultur yaitu sistem pertanaman dimana lahan hanya ditanami satu jenis tanaman saja, dengan menggunakan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m (jumlah tanaman 4.400 pohon/ ha); dan 
2.    Sistem tumpang sari, yaitu sistem pertanaman dimana lahan pertanaman ditanamani lebih dari satu macam tanaman. Jenis tanaman yang umumnya digunakan antara lain palawija, sayur, buah, kopi dan cengkih. Untuk penanaman sistem tumpang sari, jarak tanam lebih lebar yaitu 2 m x 2 m; 2,5 m x 2,5 m; 3 m x 3 m; 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Bila menggunakan tanaman palawija, sayur atau buah semusim, jarak tanam yang dipergunakan lebih rapat bila dibanding dengan tanaman buah, tahunan atau tanaman perkebunan lainnya.

WAKTU TANAM KAYU MANIS

Waktu yang tepat untuk penanaman adalah pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan karena kayu manis pada saat beberapa bulan setelah tanam memerlukan naungan dan air yang cukup.

Cara Tanam Kayu Manis

Setelah dibuat lubang, bibit dapat diletakkan dibagian tengah, lalu ditimbun tanah. Timbunan tanah harus padat agar kuat menahan terpaan angin dan hujan. Selain tanah dipadatkan, bibit juga diberi ajir. Untuk bibit yang berasal dari tunas, penanamannya agak  miring. Jumlah daun sebaiknya dikurangi untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan dapat tumbuh tunas-tunas baru.


PEMELIHARAAN KAYU MANIS

1.  Penyulaman Kayu Manis

Setelah bibit kayu manis ditanam, tidak semua akan tumbuh baik. Bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati harus segera diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan setelah tanaman ditanam sekitar tiga bulan, namun waktu paling tepat untuk penyulaman adalah saat musim hujan.

2.  Pemupukan Kayu Manis

Seperti tanaman lain, untuk pertumbuhan kayu manis membutuhkan unsur hara tanaman. Selain langsung dari tanah, unsur hara dapat dipenuhi melalui pemupukan. Jenis pupuk yang dianjurkan antara lain pupuk tunggal seperti Urea, TSP dan KCl atau pupuk majemuk seperti NPK. Bila menggunakan pupuk tunggal, pupuk tersebut dicampur merata dahulu sebelum diberikan dengan perbandingan Urea : TSP : KCl sebesar 2 : 1 : 1. 

Pemberian pupuk tanaman kayu manis sebaiknya pada umur 3-4 bulan setelah tanam dengan frekuensi dua kali setahun yaitu pada saat awal dan akhir musim hujan agar pupuk dapat cepat larut dalam tanah sehingga dapat segera diserap oleh akar tanaman. Bila menggunakan campuran pupuk
tunggal, dosis pada pemupukan awal (umur 3-4 bulan) sebanyak 150gr/pohon. 

Semakin bertambah umur tanaman, dosis pupuk semakin ditingkatkan yaitu untuk tanaman berumur tiga tahun pupuk yang diperlukan sebanyak 1 kg/pohon. Untuk pupuk majemuk NPK, dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan NPK awal dimulai sejak tanaman berumur enam minggu setelah ditanam, selanjutnya pada umur satu tahun pemupukan dilakukan dua kali, dan pada umur selanjutnya pemupukan dilakukan sekali tahun.

Dosis pemupukan dengan pupuk majemuk NPK adalah sebagai berikut:
umur 1,5 bulan sebanyak 20 g/pohon, umur 6 bulan sebanyak 50 g/pohon, umur 1 tahun sebanyak 125 g/pohon, umur 2 tahun sebanyak 250 g/pohon, umur 3 tahun sebanyak 500 g/pohon, umur 4 tahun sebanyak 750 g/pohon, umur 5 tahun sebanyak 1 kg/pohon dan diata 5 tahun sebanyak 1,5-2,5 kg/pohon.

Cara pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dibenamkan dalam lubang tugalan atau pada alur di sekeliling tanaman. Namun sebelum dilakukan pemupukan, gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dibersihkan terlebih dahulu, selanjutnya tanah  digemburkan terlebih dahulu sebelum dipupuk agar penyerapan pupuk lebih cepat.

3.  Penyiangan GulMA Tanaman Kayu Manis

Penyiangan gulma sangat diperlukan agar pertumbuhan kayu manis tidak bersaing dengan gulma tanaman. Setiap bulan gulma di bersihkan dengan menggunakan cangkul, setelah tanaman berumur 2-4 tahun, penyiangan cukup dilakukan tiga bulan sekali, setelah lebih dari 4 tahun tanaman disiangi tiap 4-6 bulan sekali sesuai pertumbuhan tanaman yang melambat sesuai dengan makin tua umur tanaman tajuk tanaman sudah saling menutupi sehingga menghambat pertumbuhan gulma yang memerlukan sinar matahari. Bersamaan dengan penyiangan tanaman, dilakukan pula penggemburan dan pembubunan. 

Penggemburan tanah dibutuhkan agar penyerapan unsur hara oleh akar meningkat, penggemburan tanah dilakukan sebelum pemupukan agar unsur hara dapat terserap tanaman dengan baik, Sedang pembubunan dilakukan agar bagian perakaran tanaman yang terbuka dapat tertutup kembali sehingga terhindar dari penularan penyakit lewat akar dan penyerapan unsur hara oleh akar menjadi optimal. Pembumbunan dilakukan setelah penggemburan tanah.

4.  Penjarangan Tanaman Kayu Manis

Penjarangan merupakan salah satu bagian kegiatan pemeliharaan dan pemanenan, hal ini dimaksudkan tanaman yang dijarangkan merupakan hasil panen sebelum panen total dengan penebangan seluruh tanaman. Bila jarak penanaman rapat, maka harus dilakukan penjarangan agar sinar matahari dapat diserap tanaman secara baik. Bila hal ini tidak dilakukan, dengan tanaman yang rapat, maka sinar matahari tidak masuk sampai ke bagian dalam tajuk tanaman yang menyebabkan kelembaban akan terjadi disekitar tajuk tanaman yang menyebabkan mudahnya tanaman terserang penyakit dan pertumbuhan tanaman terhambat dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan menurunnya kualitas kulit kayu manis. 

Tujuan lain dari penjarangan adalah agar tanaman tumbuh lurus, menghambat pertumbuhan cabang, dan menghinadari terjadinya erosi. Dengan sistim penjarangan yang baik, maka tanah akan tetap terlindung sehingga konservasi tanah dan air tetap terjamin. Penjarangan sebaiknya dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 6 tahun dan 10 tahun. Dari hasil penjarangan pertama dan kedua akan mengasilkan tunas baru, tunas-tunas tersebut dapat dipertahankan dan dirawat untuk dijadikan bibit, namun tidak semua tunas dijadikan bibit, hanya sekitar 4-7 tunas saja yang baik dan berakar baik. 

Teknik penjarangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
tanaman ditebang dengan parang atau gergaji pada ketinggian 25-30 cm  dari permukaan tanah, selanjutnya tunggul ditimbun tanah hingga sekitar 10-15 cm agar nantinya tumbuh tunas-tunas baru yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bibit tanaman.


PANEN KAYU MANIS

Panen merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan budidaya Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum). Mengingat produk kayu manis sangat spesifik yaitu berupa kulit kayu, tentunya dalam melakukan panen kulit kayu manis memerlukan penanganan yang spesifik pula diantaranya dengan cara menebang pohonnya atau mengelupas kulit kayunya. Sampai saat ini kayu manis merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dibutuhkan banyak negara sebagai bahan penyedap makanan dan minuman, untuk industri farmasi dan kosmetika yang mutunya sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya umur panen, waktu panen, sistem panen, teknik pemanenan dan pengelupasan kulit.

a.  Umur Panen Tanaman Kayu Manis

Umur panen sangat mempengaruhi produksi kulit kayu manis. Semakin tua umur tanaman maka hasil kulit kayunya akan lebih tebal sehingga produksinyapun akan lebih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas kulit kayu manis yang ditinjau dari bentuk stick, umur ideal untuk dipanen adalah 6-12 tahun. Hal ini disebabkan kulit tanaman belum begitu tebal sehingga kulit kayu dapat menggulung dengan baik. Jika ditinjau dari kandungan minyak asiri, makin tua umur tanaman maka kandungan minyak asirinya makin tinggi pula yang dicontohkan dengan tanaman kayu manis usia 20 tahun kandungan minyak asirinya mencapai 3,5 - 4,5 % sebesar.

b.  Waktu Panen Tanaman Kayu Manis

Saat panen kayu manis terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru. Jika tanaman sudah mempunyai tanda-tanda tersebut biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas dan segera dapat dipanen. Mengingat kulit yang diperdagangkan dalam bentuk kulit kering, maka waktu terbaik untuk memanen atau menguliti tanaman kayu manis adalah saat menjelang musim hujan agar setelah panen, kulit kayu dapat langsung dijemur.

c.  Sistem Panen Kayu Manis

Sistem panen sangat menentukan mutu kayu manis yang dihasilkan, bila dalam panen kurang benar maka mutu kayu manis akan turun. Ada tiga sistem panen yang dapat dilakukan yaitu: sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk dan sistem batang dipukuli sebelum ditebang. Sistem tebang sekaligus, sistem ini sangat umum dilakukan oleh petani kayu manis, caranya dengan memotong langsung tanaman hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti.  

Sistem situmbuk, disebut situmbuk karena cara ini dikembangkan oleh petani di daerah Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini, dua bulan sebelum tanaman ditebang kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai dari ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100 cm. Selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. 

Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang selanjutnya dapat dijadikan bibit. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang, Sistem ini dikembangkan petani di daerah Sungayang, Kabupaten tanah Datar Sumatera Barat, dimana cara memanen kayu manis dilakukan dengan memukuli kulit batang secara melingkar. Dengan cara ini diharapkan kulit yang akan diperoleh lebih tebal. 

Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekas pukulan terjadi keretakan pada kulit, selanjuatanya dari retakan kulit tersebut akan tumbuh kalus baru sehingga kulit kayu tampak ada pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliiti dengan menggunakan pemukul dari kayu.

d.  Cara Panen

Panen kulit kayu manis dapat dilakukan sejak tanaman berumur muda, yang bertujuan untuk penjarangan. Penjarangan dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor antara lain kesuburan lahan, perkembangan musim, letak kebun diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak kebun, maka akan semakin lambat pertumbuhannya. Panen penjarangan, panen ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 tahun, dengan tujuan untuk penjarangan tanaman, karena jarak tanaman sudah terlalu rapat, agar tanaman tumbuh lurus dan pertumbuhan cabang terhambat, serta untuk membuang tanaman yang sakit dan tanaman yang pertumbuhannya terlambat. Pada pertanaman kayu manis biasanya dilakukan dua kali penjarangan, namun jika penjarangan sudah dimulai sejak umur 2-3 tahun maka frekuensi penjarangan bisa tiga kali sebelum penebangan total. Interval penjarangan yang baik adalah 3-5 tahun. 

Cara penjarangan dilakukan hanya dalam baris tanaman dan tanaman yang ditebang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah atau leher akar. Hal ini dilakukan agar pangkal batang yang tidak ditebang akan bisa menumbuhkan tunas-tunas baru. Panen total, yaitu tanaman yang ada dikebun seluruhnya ditebang, termasuk tunas yang dibairkan tumbuh dari pangkal batang bekas penjarangan pertama dan kedua. Panen total biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 tahun, Cara panen seperti pada penjarangan yaitu ditebang pada ketinggian 5-10 cm.

e. Pengelupasan Kulit Kayu

Pengelupasan kulit kayu manis, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengulitan sebelum tanaman ditebang dan pengulitan setelah ditebang. Pengulitan sebelum ditebang, cara ini pengelupasan sebelum ditebang dianggap lebih praktis jika dibanding setelah ditebang. Kebersihan
kulit akan tetap terjamin karena batang tanaman belum menyentuh tanah jadi belum kotor. Untuk meperoleh kulit kayu bermutu baik (bagian luarnya tampak bersih), sebaiknya sebelum pengulitan, kulit yang masih melekat pada tanaman dibersihkan dari lumut/kotoran dengan cara dikerok, sehingga kulit tampak hijau kekuningan dan permukaan luarnya licin. 

Setelah dibersihkan, kulit dikerat melingkari batang pada ketinggian 5-10 cm diatas leher akar dan pada ketinggian 100 cm dari keratan pertama. Selanjutnya pada kulit diantara batas keratan bawah dan atas ditoreh tegak lurus dalam bentuk garis-garis dengan jarak  sekitar 5-10 cm, lalu dengan
menggunakan pisau pengungkit, kulit dicungkil dari lingkaran atas dan ditarik ke bawah. Sehingga diperoleh kulit selebar 5-10 cm dan panjang 100 cm. Pengulitan setelah ditebang, pengulitan setelah tanaman ditebang banyak dilakukan petani di Indonesia. Caranya setelah ditebang batang kayu dipukul-pukul untuk memudahkan pengelupasan. Kulit kayu yang dihasilkan dengan cara ini, berkualitas rendah (kualitas C) bahkan setelah dijemur berwarna hitam

f.  Pasca Panen Kayu Manis

Pengolahan merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan pasca panen kayu manis (Cinnamomum zeylanicum). Pengolahan bertujuan untuk mendapatkan produk kayu manis yang siap diperdagangkan. Kegiatan pengolahan sangat penting sebagai lanjutan setelah kulit kayu manis dipanen dan selanjutnya diproses agar menjadi produk siap jual. Untuk menghasilkan produk siap jual, maka pengolahan harus dilakukan dengan baik agar memperoleh produk bermutu baik karena akan berpengaruh pada tingkat harga jual.  Kulit kayu manis  yang kurang bersih dan penjemuran yang kurang berhasil yang menyebabkan kulit kayu manis berjamur, hal akan berdampak pada kualitas produk yang rendah dan harganyapun juga rendah. Sebagai produk perdagangan, ada beberapa bentuk produk kayu manis antara lain berupa kulit kayu, minyak asiri, oleoresin dan bubuk kayu manis.

KULIT KAYU MANIS

Produk kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis. Produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Sampai saat ini kulit kayu manis merupakan komoditas ekspor  penghasil devisa yang dapat diandalkan bersaing dengan India, Srilanka, Vietnam dan RRC. Untuk memenuhi mutu internasional, pengusaha mengolah kembali (upgrading) kulit kayu manis yang dihasilkan oleh produsen melalui perlakukan sebagai berikut: 
1.    pencucian  dan pembersihan, kegiatan ini dilakukan dengan cara merendam kulit kayu dalam air selama 12 jam agar kulit yang sudah kering menjadi lemas sehingga gulungannya terbuka. Selanjutnya kulit yang sudah terbuka tersebut digosok dengan kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit;
2.    pengeringan, setelah dibersihkan, kulit dijemur selama 3-4 hari sehingga lembaran kulit menjadi kering dan kembali menggulung; 
3.    penyortiran awal, kulit yang sudah kering disortir kebersihan dan kadar airnya. 
4.    Kulit yang masih kotor dibersihkan kembali. Penyortiran juga dilakukan untuk memisahkan asal kulit yaitu kulit yang berasal dari batang akan menghasilkan mutu A, dari cabang menghasilkan mutu B dari ranting menghasilkan mutu C;
5.    pemotongan, setelah diikat kulit kayu manis dicelupkan beberapa saat dalam air dan dipotong dengan gergaji menurut ukuran yang dikehendaki pasar biasanya antara 5  - 7,5 cm. Tujuan pencelupan ini hanya untuk mengurangi pecahan kulit saat dipotong;
6.    penyortiran akhir, setelah dipotong hasil potongan kembali disorttasi. Sortasi disini hanya untuk mendapatkan panjang potongan yang seragam; 
7.    pengepakan, setelah disortasi sesuai keseragaman dan ukuran, selanjutnya kayu manis dikemas dalam peti. Sedangkan pecahan dan debu kayu manis hasil dari penggergajian dikemas dalam karung, yangdidalam perdagangan produk pecahan disebut kelas broken dan debunya disebut dust; 
8.    penyimpanan, dilakukan ditempat yang memenuhi syarat sehingga tidak terkontaminasi oleh kotoran, serangga dan tikus.

MINYAK ASIRI

Minyak asiri kayu manis merupakan produk samping dari tanaman kayu manis. Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas. Minyak asiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Minyak asiri kayu manis banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri makanan, minuman maupun farmasi.


OLEORESIN

Oleoresin kayu manis sudah mulai digunakan sejak awal abad 19. Kandungan oleoresin menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit atau bubuknya. Keuntungan dari oleoresin dibanding produk aslinya adalah, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, volume ekspor berkurang, nilai bisa tetap atau lebih tinggi karena tidak membutuhkan banyak ruang, kemasannya kecil, sisa hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk serta tidak akan rusak karena kontaminasi. 

Cara mendapatkan oleoresin kayu manis dapat dilakukan melalui ekstraksi.
Tahapan ekstraksi kayu manis sehingga mendapatkan oleoresin sebagai berikut: 
·      baku kayu manis yang dipergunakan sebagai bahan baku dihancurkan untuk memudahkan bahan pelarut masuk kedalam tahap ekstraksi berikutnya; 
·      bahan baku yang telah dihancurkan dimasukkan kedalam ruang ekstraksi untuk menghindarkan menguapan minyak asiri, seluruh bahan baku harus terendam dalam bahan pelarut; 
·      alirkan hasil ekstraksi yang merupakan bahan pelarut dan oleoresin ke dalam ruang pemisah dari kedua bahan tersebut. Pemisahan dilakukan dalam ruang vakum (hampa udara); 
·      masukkan oelooresin yang sudah terpisah dari bahan pelarut ke dalam botol atau kemasan lain pada saat keadaannya masih panas dan cair.


BUBUK KAYU MANIS

Bubuk kayu manis mempunyai sifat yang sama dengan kulit kayu manis karena merupakan produk lanjutan dari kulit kayu manis. Bubuk ini mengandung minyak asiri, berasa pedas dan mengandung bahan mineral dan kimia organik seperti protein, karbohidrat dan lemak. Untuk mendapatkan bubuk kayu manis dapat dilakukan dengan cara menggiling kulit kayu manis kering. Selain melalui penggilingan, bubuk kayu manis dapat diperoleh dari debu hasil penggergajian kulit kayu manis. Bubuk kayu manis ini biasanya dikemas dalam karung.



Anthurium adalah tanaman hias daun yang berasal dari Amerika. Di daerah asalnya, tanaman ini dapat tumbuh baik dalam cuaca tropis seperti Amazon. 

Salah satu jenis tanaman hias Anthurium yang pernah nge-hits di Indonesia adalah Jenmanni. Jika Anda tertarik untuk dengan tanaman hias daun ini, berikut Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Hias Daun Anthurium.




Budidaya Tanaman Hias Anthurium

Salah satu daya tari tanaman hias daun Anthurium adalah pada bentuk dan pola urat daunnya. Daun Anthurium  yang berwarna hijau mengkilap, kompak dan  terlihat kokoh menyerupai lembaran-lembaran baja dihias serat daun yang rapi. Yang menjadikan tanaman hias daun ini bernilai bisnis tinggi adalah karena tanaman ini memiliki pertumbuhan yang lambat. Satu tanaman Anthurium baru akan muncul daun setelah 2-3 bulan semenjak ditanam. Bagi pecinta Anthurium, biarpun perkembangannya lama, nanum sebanding dengan keindahan yang dihasilkan tanaman hias daun ini.


Faktor Yang Mendukung Tanaman Hias Anthurium Tumbuh dengan Baik

Media Tanam

Tanaman hias Anthurium dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian 1.400m dpl. Intensitas sinar matahari yang baik adalah sekitar 30-60%. Intensitas cahaya matahari secara langsung akan membuat daun tanaman ini menjadi berwarna kuning. Sebaliknya jika kekurangan cahaya, pertumbuhannya akan menjadi lambat. Budidaya tanaman hias daun Anthurium dalam skala besar biasanya menggunakan paranet sebagai media untuk menaungi. Pilih paranet yang mempu menyerap sinar matahari sampai 70%.
Anthurium akan tumbuh baik pada suhu 18-20 derajat celcius pada malam hari dan 27-30 derajat celcius pada siang hari.
Meskipun Anthurium dapat tumbuh berbagai madia tanam, namun akan lebih baik jika memakai media tanam bersifat porous. Yaitu campuran antara sekam bakar, sekam biasa dan pasir. Ini penting untuk diperhatikan, karena pertumbuhan daun yang baik akan bergantung dari media tanam yang baik pula.
Perhatikan pula sirkulasi udara dalam wadah atau pot yang digunakan.
Untuk menghindari serangan jamur, lakukan perendaman dalam larutan anti jamur (fungisida) terhadap media tanam sebelum dimasukkan ke dalam pot. Jika tanaman Anthurium sudah mulai tumbuh besar, perhatikan pertumbuhan akarnya. Apabila media pot sekiranya sudah tidak menampung, pindahkan ke pot yang lebih besar.

Contoh Campuran dan Komposisi Media Tanam:
·   Sekam bakar dan cacahan pakis dengan perbandingan 4:1. Bisa ditambahkan pupuk dekastar atau oskomot atau pupuk kandang yang telah difermentasi.
·      Sekam bakar, andam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1
·      Humus, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 5:5:2

Pemeliharaan & Perawatan

Pemeliharaan tanaman hias daun Anthurium meliputi parawatan tanaman, penyiraman dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sehari sekali, jaga agar air tidak menggenang. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada Anthurium. Berikan pupuk decastar setiap tiga bulan sekali. Untuk perkembangan daun, berikan pupuk grownmore, yang diberikan/dicampur pada saat penyiraman, bisa sati minggu sekali.
Daya tarik tanaman Anthurium adalah daun, maka itu diperlukan perawatan ekstra terhadap daun. Daun Anthurium perlu dibersihkan agar terlihat tetap segar, tidak kotor, dan warna hijaunya tetap mengkilap. Membersihkan daun dapat dilakukan dengan menggunakan tissue basah dengan mengelapnya di daun. Untuk menghindari daun yang menguning, tempatkan Anthurium agar tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Memperbanyak Tanaman Anthurium

Perbanyakan tanaman hias daun Anthurium dapat dilakukan dengan 2 cara, generatif dan vegetatif.

1.  Generatif

Anthurium adalah jenis tanaman berumah satu (terdapat 2 jenis kelamin dalam 1 tanaman). Namun dalam prosesnya, penyerbukan sangat jarang terjadi pada kasus Anthurium. Hal tersebut dikarenakan bunga jantan dan bungan betina tidak masak dalam waktu bersamaan. Maka yang bisa dilakukan adalan penyerbukan buatan yang dilakukan secara silang. Proses ini justru akan dapat menghasilkan varietas baru yang lebih cantik.
Serbuk sari atau bunga jantan yang sudah masak pada Anthurium akan berwarna kuning dan mudah rontok. Sedangkan untuk bunga betina ditandai dengan adanya lendir pada putik daun. Biasanya bunga betina siap diserbuki pada 2-3 minggu setelah mekar, atau bisa menandai dengan adanya serangga yang datang ke bunga itu. Jika keduanya (bunga jantan & betina) sudah siap segera lakukan proses penyerbukan buatan. waktu terbaik untuk ini adalah pada pagi hari antara pukul 7-10. Oleskan serbuk sari yang telah bersih ke cotton bud dan oleskan ke putik bunga yang lengket.
Selanjutnya tutup bagian bunga dengan kantong plastik selama dua bulan. Setelah itu, lepas bunga dari pohon dan rendam dalam aquades selama 10 menit agar biji yang menempel dapat terpisah. Biji biji inilah yang setelah dikeringkan akan siap untuk disemai.

2. Vegetatif

Cara memperbanyak Anthurium selanjutnya adalah dengan cara vegetatif. Kelebihan dari cara ini adalah proses perbanyakan akan lebih cepat, tanaman akan tumbuh lebih cepat pula. Namun kekurangannya adalah, hasilnya tidak bisa sebanyak dengan cara generatif. Adapun langkah langkah memperbanyak Anthurium dengan cara vegetatif adalah sebagai berikut:

·      Angkat tanaman
Cabut Anthurium dari medianya. Bersihkan media yang masih menempel pada akar Anthurium.

·      Potong bonggol
Bonggol dipotong menjadi 2 bagian. Penting: kedua potongan harus mempunyai akar.

·      Oleskan ZPT
Bekas potongan olesi dengan ZPT yang bertujuan agar merangsang pertumbuhan.

·      Tanam kembali
   Kedua baggian potongan di tanam dalam media pot yang terpisah. Media tanam juga harus steril dan porus.

CARA TEKNIS PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA TANAMAN HIAS ANTHURIUM

Anthurium adalah tanaman hias daun yang berasal dari Amerika. Di daerah asalnya, tanaman ini dapat tumbuh baik dalam cuaca tropis seperti Amazon. 

Salah satu jenis tanaman hias Anthurium yang pernah nge-hits di Indonesia adalah Jenmanni. Jika Anda tertarik untuk dengan tanaman hias daun ini, berikut Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Hias Daun Anthurium.




Budidaya Tanaman Hias Anthurium

Salah satu daya tari tanaman hias daun Anthurium adalah pada bentuk dan pola urat daunnya. Daun Anthurium  yang berwarna hijau mengkilap, kompak dan  terlihat kokoh menyerupai lembaran-lembaran baja dihias serat daun yang rapi. Yang menjadikan tanaman hias daun ini bernilai bisnis tinggi adalah karena tanaman ini memiliki pertumbuhan yang lambat. Satu tanaman Anthurium baru akan muncul daun setelah 2-3 bulan semenjak ditanam. Bagi pecinta Anthurium, biarpun perkembangannya lama, nanum sebanding dengan keindahan yang dihasilkan tanaman hias daun ini.


Faktor Yang Mendukung Tanaman Hias Anthurium Tumbuh dengan Baik

Media Tanam

Tanaman hias Anthurium dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian 1.400m dpl. Intensitas sinar matahari yang baik adalah sekitar 30-60%. Intensitas cahaya matahari secara langsung akan membuat daun tanaman ini menjadi berwarna kuning. Sebaliknya jika kekurangan cahaya, pertumbuhannya akan menjadi lambat. Budidaya tanaman hias daun Anthurium dalam skala besar biasanya menggunakan paranet sebagai media untuk menaungi. Pilih paranet yang mempu menyerap sinar matahari sampai 70%.
Anthurium akan tumbuh baik pada suhu 18-20 derajat celcius pada malam hari dan 27-30 derajat celcius pada siang hari.
Meskipun Anthurium dapat tumbuh berbagai madia tanam, namun akan lebih baik jika memakai media tanam bersifat porous. Yaitu campuran antara sekam bakar, sekam biasa dan pasir. Ini penting untuk diperhatikan, karena pertumbuhan daun yang baik akan bergantung dari media tanam yang baik pula.
Perhatikan pula sirkulasi udara dalam wadah atau pot yang digunakan.
Untuk menghindari serangan jamur, lakukan perendaman dalam larutan anti jamur (fungisida) terhadap media tanam sebelum dimasukkan ke dalam pot. Jika tanaman Anthurium sudah mulai tumbuh besar, perhatikan pertumbuhan akarnya. Apabila media pot sekiranya sudah tidak menampung, pindahkan ke pot yang lebih besar.

Contoh Campuran dan Komposisi Media Tanam:
·   Sekam bakar dan cacahan pakis dengan perbandingan 4:1. Bisa ditambahkan pupuk dekastar atau oskomot atau pupuk kandang yang telah difermentasi.
·      Sekam bakar, andam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1
·      Humus, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 5:5:2

Pemeliharaan & Perawatan

Pemeliharaan tanaman hias daun Anthurium meliputi parawatan tanaman, penyiraman dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sehari sekali, jaga agar air tidak menggenang. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada Anthurium. Berikan pupuk decastar setiap tiga bulan sekali. Untuk perkembangan daun, berikan pupuk grownmore, yang diberikan/dicampur pada saat penyiraman, bisa sati minggu sekali.
Daya tarik tanaman Anthurium adalah daun, maka itu diperlukan perawatan ekstra terhadap daun. Daun Anthurium perlu dibersihkan agar terlihat tetap segar, tidak kotor, dan warna hijaunya tetap mengkilap. Membersihkan daun dapat dilakukan dengan menggunakan tissue basah dengan mengelapnya di daun. Untuk menghindari daun yang menguning, tempatkan Anthurium agar tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Memperbanyak Tanaman Anthurium

Perbanyakan tanaman hias daun Anthurium dapat dilakukan dengan 2 cara, generatif dan vegetatif.

1.  Generatif

Anthurium adalah jenis tanaman berumah satu (terdapat 2 jenis kelamin dalam 1 tanaman). Namun dalam prosesnya, penyerbukan sangat jarang terjadi pada kasus Anthurium. Hal tersebut dikarenakan bunga jantan dan bungan betina tidak masak dalam waktu bersamaan. Maka yang bisa dilakukan adalan penyerbukan buatan yang dilakukan secara silang. Proses ini justru akan dapat menghasilkan varietas baru yang lebih cantik.
Serbuk sari atau bunga jantan yang sudah masak pada Anthurium akan berwarna kuning dan mudah rontok. Sedangkan untuk bunga betina ditandai dengan adanya lendir pada putik daun. Biasanya bunga betina siap diserbuki pada 2-3 minggu setelah mekar, atau bisa menandai dengan adanya serangga yang datang ke bunga itu. Jika keduanya (bunga jantan & betina) sudah siap segera lakukan proses penyerbukan buatan. waktu terbaik untuk ini adalah pada pagi hari antara pukul 7-10. Oleskan serbuk sari yang telah bersih ke cotton bud dan oleskan ke putik bunga yang lengket.
Selanjutnya tutup bagian bunga dengan kantong plastik selama dua bulan. Setelah itu, lepas bunga dari pohon dan rendam dalam aquades selama 10 menit agar biji yang menempel dapat terpisah. Biji biji inilah yang setelah dikeringkan akan siap untuk disemai.

2. Vegetatif

Cara memperbanyak Anthurium selanjutnya adalah dengan cara vegetatif. Kelebihan dari cara ini adalah proses perbanyakan akan lebih cepat, tanaman akan tumbuh lebih cepat pula. Namun kekurangannya adalah, hasilnya tidak bisa sebanyak dengan cara generatif. Adapun langkah langkah memperbanyak Anthurium dengan cara vegetatif adalah sebagai berikut:

·      Angkat tanaman
Cabut Anthurium dari medianya. Bersihkan media yang masih menempel pada akar Anthurium.

·      Potong bonggol
Bonggol dipotong menjadi 2 bagian. Penting: kedua potongan harus mempunyai akar.

·      Oleskan ZPT
Bekas potongan olesi dengan ZPT yang bertujuan agar merangsang pertumbuhan.

·      Tanam kembali
   Kedua baggian potongan di tanam dalam media pot yang terpisah. Media tanam juga harus steril dan porus.

Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia.   Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri.   Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.  
Berdasarkan data stastistik perkebunan semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar 1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe.   Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.   Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe.   Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.  
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir.   Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi.   Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.

Prospek Pemasaran
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.   Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat ArabPakistan, Jepang, Hongkong.   Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.

I.             PEMBIBITAN
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang.   Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan produksi.    Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe gajah.   Sedangkan untuk produksi minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak arsiri memakai jenis jahe putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
-      Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9 – 10 bulan.
-      Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
-    Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2 mata tunas yang telah tumbuh, dengan berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil dan jahe merah sedangkan jahe gajah seberat  25 – 60 gram.     Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe merah membutuhkan bibit sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah membutuhkan bibit sebanyak 2 – 3 ton / ha.  Bila dipanen muda dapat ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan bibit lebih banyak yaitu   4 – 6 ton / ha dengan populasi tanaman sekitar 80.000 tanaman / ha.
Sebelum ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
-      Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap sampai terbentuk tunas.
-      Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang tumbuh.
-      Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8 jam.
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan kental abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.

II.           BUDIDAYA
2.1.      Syarat Tumbuh
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.
2.2.      Penanaman
Tanah diolah sampai gembur dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase agar air tidak tergenang.   Setelah tanah diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha.   Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang.
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.

2.3.      Pemeliharaan
Fase pemeliharaan tanaman merupakan masa yang sangat penting dan menentukan dalam mengahasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Penyulaman tanaman dapat dilakukan dua atau tiga minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat.   Pada waktu          tiga bulan pertama tanaman jahe memerlukan lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan sekali.   Bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk urea     400 kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg / ha.   Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak 400 kg / ha.  
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan adalah layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif mengatasi serangannya.   Oleh karena itu usaha terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan.   Faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase.   Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.

III.         PANEN
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum.   Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya.   Pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit,  hasilnya berkisar antara 3 – 5 ton / ha.   Apabila dipelihara dengan baik jahe gajah dapat menghasilkan     15 – 30

IV.         PASCA PANEN
Setelah dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen.   Selain itu bila terlalu lama disimpan maka bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10 %.

  
PELUANG   PASAR  JAHE

S
ebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.   Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat ArabPakistan, Jepang, Hongkong.   Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.

Potensi dan kendala.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe.   Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.   Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe.   Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.  
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir.   Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi.   Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.

Pemasaran Jahe.
Hasil produksi jahe dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan jahe olahan disesuaikan dengan permintaan pasar baik untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor.
Rimpang segar.
Para petani umumnya menjual jahenya dalam bentuk rimpang segar baik jahe gajah, jahe emprit maupun jahe merah.   Rimpang segar jahe gajah banyak diekspor untuk memenuhi permintaan beberapa negara.   Di negara tersebut jahe segar akan diolah kembali menjadi minuman berupa anggur jahe dan sirup jahe dan makanan berupa selei dan dodol jahe.   Untuk keperluan ekspor harus memenuhi syarat mutu hasil yaitu umur panen 8 – 9 bulan, bobot rimpang minimal 150 gram, rimpang beruas utuh, berdaging cerah, bersih dari batang semu, akar, serangga dan kotoran yang melekat.   Rimpang segar jahe emprit dan jahe merah digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan industri obat tradisional.
Jahe Olahan.
Hasil olahan jahe ternyata lebih menguntungkan untuk dipasarkan karena harganya lebih tinggi dibandingkan dengan jahe segar.    Jahe gajah yang dipanen muda diproses menjadi jahe asinan (salted ginger) sebelum diekspor.   Di negara tujuan jahe asinan akan diolah kembali menjadi manisan jahe.   Untuk mengolah menjadi jahe asinan  harus memenuhi persyaratan umur panen 3 – 4 bulan,  kondisi  segar dan tidak busuk.        Ukuran rimpang disesuaikan dengan bobot yaitu L : 100 gr – 150 gr,   M : 50 gr – 100 gr,  S : < 50 gr.
Jahe kecil emprit yang dipanen umur 9 bulan diolah menjadi jahe kering kemudian diekspor sesuai dengan permintaan negara pemesan baik dalam bentuk jahe hitam yang kulitnya belum dikupas, jahe putih yang kulitnya dikupas sama sekali dan jahe kasar yang kulitnya rada-rada dikupas.   Kemudian jahe kering ini diolah kembali menjadi gula jahe, bubuk jahe, minyak jahe dan oleoresin.   Bubuk jahe banyak digunakan oleh industri farmasi, makanan, minuman dan sebagai penyedap masakan.
Begitu pula dengan jahe merah selain dipasarkan, rimpang segarnya juga diolah menjadi jahe kering sebagai bahan baku untuk membuat gula jahe dan ampasnya diolah menjadi tepung jahe yang banyak digunakan oleh industri obat-obatan.

Langkah Strategis.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam usahatani jahe maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1.     Perlu diketahui kemana hasil produksi akan dipasarkan baik menyangkut    harga maupun jenis produksi yang diinginkan oleh eksportir atau pedagang pengumpul.
2.     Benih yang berkualitas harus benar-benar dijamin ketersediaannya dan kalau telah ada sebaiknyan digunakan benih yang bersertifikat.
3.     Pemilihan lokasi penanaman harus sesuai dengan tanaman jahe.
4.     Penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam.
5.     Mudah mendapatkan sarana pertanian lainnya seperti pupuk dan pestisida.
6.    Menguasai teknologi budidaya dan pengolahan hasil produksi.
Diharapkan dengan melaksanakan langkah-langkah strategis di atas pelaku bisnis jahe mulai dari petani sampai tingkat ekspotir akan mendapatkan keuntungan.   Eksportir akan mendapatkan bahan baku untuk ekspor dengan jumlah yang cukup sesuai pesanan dilain pihak petani akan mendapatkan kepastian harga dan volume produksi yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi over produksi yang mengakibatkan harga komoditas menjadi jatuh. 
Karena bisnis jahe memerlukan modal yang cukup besar maka hal yang tidak kalah penting untuk dipikirkan adalah masalah permodalan baik ditingkat petani maupun pihak pedagang pengumpul dan eksportir.   Petani jahe yang selama ini mengelola tanamannya dengan menggunakan modal sendiri tentu tidak dapat melaksanakan semua anjuran teknis yang diberikan baik mengenai budidaya tanaman maupun pengolahan pasca panen, begitu pula lahan yang dapat diusahakannya sangat terbatas.   Begitu pula para pedagang pengumpul dan eksportir akan sulit memenuhi pesanan dari luar negeri maupun dalam negeri karena keterbatasan dana dalam mengumpulkan hasil produksi petani dan mengolah hasil dari petani menjadi produk yang sesuai dengan pesanan.

Kebijakan.
Sukabumi sebagai sentra produksi jahe di Jawa Barat perlu terus mengembangkan komoditas jahe dengan kemudahan kredit perbankan yang berbunga rendah, baik untuk para petani maupun pengusaha yang berkeinginan menjadi eksportir jahe.
Oleh karena itu apabila ada kebijakan untuk pengembangan komoditas jahe perlu disiapkan segala sesuatunya terutama menyangkut langkah-langkah strategis yang telah disebutkan di atas sehingga tingkat kegagalannya akan dapat diminimalkan yang berakibat pengembalian kredit dari petani dan pengusaha komoditi jahe akan lancar dan tepat waktu.   Hal ini akan menjadi terasa penting jika dilihat dari prinsip ekonomi kerakyatan dimana semua kebijakan harus berpihak kepada kepentingan rakyat bukan kepada segelintir orang.   Begitu pula harus semaksimal mungkin dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat.   Masyarakat petani seperti petani tanaman pangan, pekebun, peternak maupun nelayan  yang merupakan bagian terbesar dari rakyat perlu diberi priorotas utama.   Sebagai langkah awal, diprioritaskan kepada komoditi unggulan untuk semua subsektor bukan hanya pada subsektor tertentu saja sehingga dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi pelaku tani yang lain.   Selanjutnya perlu diperhatikan komoditas lain yang perlu dikembangkan karena mempunyai prospek pemasaran yang baik terutama untuk ekspor.       

CARA TEKNIS PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA TANAMAN JAHE

Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia.   Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri.   Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.  
Berdasarkan data stastistik perkebunan semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar 1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe.   Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.   Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe.   Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.  
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir.   Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi.   Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.

Prospek Pemasaran
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.   Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat ArabPakistan, Jepang, Hongkong.   Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.

I.             PEMBIBITAN
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang.   Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan produksi.    Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe gajah.   Sedangkan untuk produksi minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak arsiri memakai jenis jahe putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
-      Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9 – 10 bulan.
-      Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
-    Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2 mata tunas yang telah tumbuh, dengan berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil dan jahe merah sedangkan jahe gajah seberat  25 – 60 gram.     Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe merah membutuhkan bibit sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah membutuhkan bibit sebanyak 2 – 3 ton / ha.  Bila dipanen muda dapat ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan bibit lebih banyak yaitu   4 – 6 ton / ha dengan populasi tanaman sekitar 80.000 tanaman / ha.
Sebelum ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
-      Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap sampai terbentuk tunas.
-      Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang tumbuh.
-      Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8 jam.
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan kental abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.

II.           BUDIDAYA
2.1.      Syarat Tumbuh
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.
2.2.      Penanaman
Tanah diolah sampai gembur dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase agar air tidak tergenang.   Setelah tanah diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha.   Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang.
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.

2.3.      Pemeliharaan
Fase pemeliharaan tanaman merupakan masa yang sangat penting dan menentukan dalam mengahasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Penyulaman tanaman dapat dilakukan dua atau tiga minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat.   Pada waktu          tiga bulan pertama tanaman jahe memerlukan lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan sekali.   Bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk urea     400 kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg / ha.   Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak 400 kg / ha.  
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan adalah layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif mengatasi serangannya.   Oleh karena itu usaha terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan.   Faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase.   Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.

III.         PANEN
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum.   Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya.   Pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit,  hasilnya berkisar antara 3 – 5 ton / ha.   Apabila dipelihara dengan baik jahe gajah dapat menghasilkan     15 – 30

IV.         PASCA PANEN
Setelah dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen.   Selain itu bila terlalu lama disimpan maka bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10 %.

  
PELUANG   PASAR  JAHE

S
ebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.   Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat ArabPakistan, Jepang, Hongkong.   Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.

Potensi dan kendala.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe.   Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.   Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe.   Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.  
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir.   Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi.   Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.

Pemasaran Jahe.
Hasil produksi jahe dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan jahe olahan disesuaikan dengan permintaan pasar baik untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor.
Rimpang segar.
Para petani umumnya menjual jahenya dalam bentuk rimpang segar baik jahe gajah, jahe emprit maupun jahe merah.   Rimpang segar jahe gajah banyak diekspor untuk memenuhi permintaan beberapa negara.   Di negara tersebut jahe segar akan diolah kembali menjadi minuman berupa anggur jahe dan sirup jahe dan makanan berupa selei dan dodol jahe.   Untuk keperluan ekspor harus memenuhi syarat mutu hasil yaitu umur panen 8 – 9 bulan, bobot rimpang minimal 150 gram, rimpang beruas utuh, berdaging cerah, bersih dari batang semu, akar, serangga dan kotoran yang melekat.   Rimpang segar jahe emprit dan jahe merah digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan industri obat tradisional.
Jahe Olahan.
Hasil olahan jahe ternyata lebih menguntungkan untuk dipasarkan karena harganya lebih tinggi dibandingkan dengan jahe segar.    Jahe gajah yang dipanen muda diproses menjadi jahe asinan (salted ginger) sebelum diekspor.   Di negara tujuan jahe asinan akan diolah kembali menjadi manisan jahe.   Untuk mengolah menjadi jahe asinan  harus memenuhi persyaratan umur panen 3 – 4 bulan,  kondisi  segar dan tidak busuk.        Ukuran rimpang disesuaikan dengan bobot yaitu L : 100 gr – 150 gr,   M : 50 gr – 100 gr,  S : < 50 gr.
Jahe kecil emprit yang dipanen umur 9 bulan diolah menjadi jahe kering kemudian diekspor sesuai dengan permintaan negara pemesan baik dalam bentuk jahe hitam yang kulitnya belum dikupas, jahe putih yang kulitnya dikupas sama sekali dan jahe kasar yang kulitnya rada-rada dikupas.   Kemudian jahe kering ini diolah kembali menjadi gula jahe, bubuk jahe, minyak jahe dan oleoresin.   Bubuk jahe banyak digunakan oleh industri farmasi, makanan, minuman dan sebagai penyedap masakan.
Begitu pula dengan jahe merah selain dipasarkan, rimpang segarnya juga diolah menjadi jahe kering sebagai bahan baku untuk membuat gula jahe dan ampasnya diolah menjadi tepung jahe yang banyak digunakan oleh industri obat-obatan.

Langkah Strategis.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam usahatani jahe maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1.     Perlu diketahui kemana hasil produksi akan dipasarkan baik menyangkut    harga maupun jenis produksi yang diinginkan oleh eksportir atau pedagang pengumpul.
2.     Benih yang berkualitas harus benar-benar dijamin ketersediaannya dan kalau telah ada sebaiknyan digunakan benih yang bersertifikat.
3.     Pemilihan lokasi penanaman harus sesuai dengan tanaman jahe.
4.     Penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam.
5.     Mudah mendapatkan sarana pertanian lainnya seperti pupuk dan pestisida.
6.    Menguasai teknologi budidaya dan pengolahan hasil produksi.
Diharapkan dengan melaksanakan langkah-langkah strategis di atas pelaku bisnis jahe mulai dari petani sampai tingkat ekspotir akan mendapatkan keuntungan.   Eksportir akan mendapatkan bahan baku untuk ekspor dengan jumlah yang cukup sesuai pesanan dilain pihak petani akan mendapatkan kepastian harga dan volume produksi yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi over produksi yang mengakibatkan harga komoditas menjadi jatuh. 
Karena bisnis jahe memerlukan modal yang cukup besar maka hal yang tidak kalah penting untuk dipikirkan adalah masalah permodalan baik ditingkat petani maupun pihak pedagang pengumpul dan eksportir.   Petani jahe yang selama ini mengelola tanamannya dengan menggunakan modal sendiri tentu tidak dapat melaksanakan semua anjuran teknis yang diberikan baik mengenai budidaya tanaman maupun pengolahan pasca panen, begitu pula lahan yang dapat diusahakannya sangat terbatas.   Begitu pula para pedagang pengumpul dan eksportir akan sulit memenuhi pesanan dari luar negeri maupun dalam negeri karena keterbatasan dana dalam mengumpulkan hasil produksi petani dan mengolah hasil dari petani menjadi produk yang sesuai dengan pesanan.

Kebijakan.
Sukabumi sebagai sentra produksi jahe di Jawa Barat perlu terus mengembangkan komoditas jahe dengan kemudahan kredit perbankan yang berbunga rendah, baik untuk para petani maupun pengusaha yang berkeinginan menjadi eksportir jahe.
Oleh karena itu apabila ada kebijakan untuk pengembangan komoditas jahe perlu disiapkan segala sesuatunya terutama menyangkut langkah-langkah strategis yang telah disebutkan di atas sehingga tingkat kegagalannya akan dapat diminimalkan yang berakibat pengembalian kredit dari petani dan pengusaha komoditi jahe akan lancar dan tepat waktu.   Hal ini akan menjadi terasa penting jika dilihat dari prinsip ekonomi kerakyatan dimana semua kebijakan harus berpihak kepada kepentingan rakyat bukan kepada segelintir orang.   Begitu pula harus semaksimal mungkin dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat.   Masyarakat petani seperti petani tanaman pangan, pekebun, peternak maupun nelayan  yang merupakan bagian terbesar dari rakyat perlu diberi priorotas utama.   Sebagai langkah awal, diprioritaskan kepada komoditi unggulan untuk semua subsektor bukan hanya pada subsektor tertentu saja sehingga dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi pelaku tani yang lain.   Selanjutnya perlu diperhatikan komoditas lain yang perlu dikembangkan karena mempunyai prospek pemasaran yang baik terutama untuk ekspor.       


Popular Posts